nothing

Senin, 02 April 2012

Pencurian Hewan Liar Makin Marak

JAKARTA, SENIN-Pencurian satwa liar dan tubuh-tumbuhan langka yang hidup di hutan-hutan Indonesia semakin marak. Hewan-hewan dan tumbuhan langka tersebut kemudian dijual keluar negeri. Pelakunya diduga kelompok terorganisir yang menggunakan teknologi tinggi.
"Kita selama ini mengalami kesulitan untuk melacak dan mengawasi pencurian ini. Kejahatan ini terorganisir dan menggunakan teknologi tinggi. Jadi kita tidak tahu sudah berapa ribu heman liar dan tanaman langka yang sudah dicuri, " ungkap Wadir Tindak Pidana Tertentu (Tipiter Bareskrim Mabes Polri Kombes Sadar Sebayang,
Senin (18/2).
Menurut keterangan Sebayang, jenis hewan yang dicuri itu beraneka ragam, mulai dari ular, trenggiling, penyu, orang hutan, sampai udang. Pengirimannya pun juga berbagai macam negara. "Seperti ular, rata-rata diselundupkan ke Hong Kong. Kebutuhan pesanan dari Hong Kong cukup tinggi. Lain lagi dengan penyu," kata Sebayang.
Hewan-hewan liar tersebut biasanya diselundupkan bersama pengiriman barang-barang resmi. Manivesnya bisa berupa ekspor kayu atau barang yang lain. "Hewan-hewan itu sebelum di packing dan dikirim bersama kiriman barang lain, seperti kayu misalnya, dibius terlebih dahulu. Biusnya bisa bertahan berhari-hari. Sehingga selama dalam perjalanan tidak butuh makan dan tidak berontok. Baru setelah sampai di negara tujuan, hewan-hewan tersebut disadarkan kembali," jelas Sebayang.
Sebayang menyebut pencurian dan penyulundupan hewan-hewan liar dan tumbuhan langka dari Indonesia ini tergonisasi sangat rapi. Aparat kepolisian kesulitan mengendus operasional mereka. Sebayang juga
tidak bisa memastikan apakah kelompok ini langsung melakukan penangkapan langsung ke hutan-hutan atau menampung dari masyarakat.
Tujuannya pencurian sendiri juga macam-macam, ada yang tujuannya semata-mata hanya untuk mendapatkan uang. "Kalau sindikatnya jelas, untuk mendapatkan uang. Tapi bagi pemesannya, kepentingannya macam-macam, mulai dikonsumsi sampai untuk tujuan penelitian. Ada satu jenis udang langka yang dipesan khusus dari Indonesia,
tujuannya untuk penelitian dan dikembangkan di sana. Tapi sayang jalurnya lewat penyelundupan," ungkap Sebayang.
Sampai sejauh ini Mabes Polri masih mengalami kegamangan untuk mengusut dan memberantas pencurian hewan liar dan tanaman langkah ini. Alasannya, tidak cukup memiliki penyidik yang berpengalaman menangani kasus-kasus semacam ini. "Untuk itu, minggu depan kami akan mengirim perwira-perwira senior dari berbagai untuk mengikuti pelatihan, khusus mendeteksi dan menangkap sindikat yang merampok tumbuhan langka dan satwa liar ini," jelas Sebayang. Ia tidak menyebutkan jumlah perwira Polri yang akan diikutkan pelatihan ini.
Pelatihan dirancang selama 13 hari. Materi yang akan didalami mulai dari tekni-teknik pengintaian, penyusunan profil, memeriksa tersangka, penggrebekan sampai penangkapan dan memproses hukum

sumber : kompas.com
http://nasional.kompas.com/read/2008/02/19/00054342/

THE COVE


http://www.youtube.com/watch?v=1M9xFs34K1g

Watch this! This is about the doplhins that been killed and eaten in Japan! It was a thousand of it! Watch and SEE! THE COVE
Ini merupakan salah satu contoh pembantaian harimau Sumatera. Adakah rasa belas kasihan kalian? Oleh karena itu marilah kita melihat video ini secara bersama-sama

Prakata, pertanyaan dan pembahasan

Nah kalian sudah melihat semuanya di blog ini bukan? Banyak terjadi pembantaian , seperti pembantaian orang utan,harimau sumatera, dll. Oleh karena itu kita ingin kalian untuk melestarikan lingkungan sekitar dan menjaga kebersihan. Misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan buanglah samapah pada tempatnya. Juga harus kalian ingat bahwa pembantaian itu tentu juga adalah urusan kita juga, bukan urusan goverment atau pemeritag saja. Kita bisa juga ikut turut serta dalam peran mengurangi pembantaian hewan, misalnya kita menemukan kucing atau anjing. Kita tidak boleh langsung membuangnya atau membunuhnya. Walaupun mereka hidup di jalanan dan kelaparan mereka tetaplah hewan yang perlu makanan dan belas kasihan. Oleh karena itu marilah kita galakan program #LiveWithoutViolonce

Pertanyaan dan pembahasan :

# mengapa hewan &tumbuhan langka yang dilindungi banyak diperjualbelikan ?
4 karena, hewan dan tumbuhan yang langka jumlahnya sudah semakin sedikit, sedangkan mungkin ada banyak orang yang menginginkannya sebagai koleksi, peliharaan, dll ; Sehingga diperjualbelikan karena dapat menghasilkan uang yang lebih banyak.
 - Karena dengan menjual hewan/tumbuhan tersebut saja mereka bisa mendapatkan banyak uang. Meskipun awalnya mereka miskin dengan menjual satu hewan tersebur saja (yang langka) mereka bisa mendapatkan banyak uang dan kesempatan untuk menjadi orang kaya. Satu hewan/tumbuhan yang langka bisa dihargakan sekitar hampir ratusan/puluhan juta rupiah. Misalnya dengan kita membunuh Harimau Sumatera, orang-orang tersebut bisa memanfaatkan kulit/matanya/kukunya. Kulitnya bisa dijadikan tas dan dapat dijual dengan harga ratusan juta rupiah. Sedangkan kuku/matanya bisa dijadikan cinderamata yang harganya tentu juga sangat tinggi.
-Kedua, faktor lingkungan bisa juga mempengaruhi. Misalnya di Sumatera, tentu banyak terdapat harimau Sumatera. Jika habitatnya (yaitu hutan) terus-menerus ditebang dan dibakar tentu akan mempersempit habitatnya, sehingga ia akan masuk ke lahan penduduk dan memangsa penduduk setempat karena habitatnya sendiri sudah punah dan sudah dijadiakn lahan pemukiman. Sehingga penduduk setempat merasa bahwa nyawa mereka direkrut dan terancam dan mereka tidak mempedulikan lagi bahwa apakah binatang tersebut terancam punah atau tidak, mereka tetap akan membunuh nya.
*Ini semua merupakan salah manusia, karena manusia lah yang telah merusak ekosistem kita sendiri, semakin hari dunia semakin canggih dan modern, tetapi dunia sendiri tidak mempedulikan apa yang akan terjadi jika mereka menggunakan mesin-mesin yang canggih dan apa yang berdampak bagi lingkungan sekitar,oleh karena itu marilah kita memulainya dari diri kita sendiri*

# akibatnya jika ini terus berlangsung :
4 Keseimbangan alam terganggu dan ekosistem menjadi tidak lancar karena hewan atau tumbuhan tersebut terus menerus ditangkap untuk diperjualbelikan, dan lama-lama hewan atau tumbuhan tersebut dapat punah.
- Rantai makanan akan menjadi terganggu
- menyebabkan kepunahan
-keseimbangan lingkungan akan terganggu
-Hewan-hewan tersebut mempunyai manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang belum diketahui dan juga mempunyai peran tertenyu dalam rantai makanan atau ekosistem sehingga jika punah maka pasti ada yang mengganggu keseimbangan ekosistem

# upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hewan-hewan dan tumbuhan ter-sebut tidak diperjualbelikan sehingga tidak punah :
-Berusahalah dari diri kita sendiri
-Menjaga kelestarian lingkungan
-Tidak membakar/menebang habitat hewan dan tumbuhan dengan sembarangan
-Selalu menjaga kebersihan lingkungan
-Dan selalu menggalakan  program untuk menjaga dan melindungi hewan-hewan tersebut

.........................................................................................................................
Harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) merupakan satwa asli Indonesia yang terancam punah, hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera dan diperkirakan populasinya tinggal 450 – 500 ekor saja di habitat aslinya dan sekitar 250 ekor dipelihara di kebun-kebun binatang seluruh dunia . Selain maraknya pembukaan hutan untuk lahan perkebunan mapun penebangan liar, pemburuan oleh manusia untuk diperdagangkan kulit maupun dagingnya atau hanya sekedar kesenangan belaka(!) turut mempercepat kepunahan dari satwa langka tersebut

Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap antara semua sub-spesies harimau. Jalur hitamnya lebar dan dekat-dekat dan kadang kala berganda. Harimau Sumatera berbeda dengan harimau Siberian oleh kaki hadapan yang berbelang. Harimau Sumatera merupakan harimau terkecil dalam sub-spesies harimau. Harimau Sumatera jantan mempunyai panjang rata-rata 2.4 meter (8 kaki) dari kepala hingga ke hujung ekor dengan berat rata-rata 120 kilogram  dengan tinggi 90 sentimeter. Harimau Sumatera betina berukuran 2.2 meter (7 kaki) panjang dengan berat 90  kg.
Mungkin karena sudah sangat sulit menemukan satwa langka tersebut di habitat aslinya di hutan tanah rendah, hutan bergunung dan separuh bergunung, dan di hutan paya gambut di kepulauan Sumatera, maka entah mendapat ide busuk dari mana sekumpulan manusia tamak dan tidak perduli dengan kenyataan bahwa Harimau Sumatera sudah sangat langka justru membantai harimau yang hidup di Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi dengan sadis.
Tubuh raja hutan ini ditemukan tercincang dengan bagian kepala termasuk gigi, kulit, serta tulangnya telah raib di kandangnya.  Harimau berusia 20 tahun bernama Sheila ini diduga mati karena diracun. Harimau jenis betina ini dibunuh dan bagian tubuhnya dicuri  pelaku yang diduga lebih dari satu orang dan mempunyai jaringan luas untuk menjualbelikan kulit harimau tersebut.
Yang tinggal di kandang Sheila hanyalah isi perut saja, sementara lainnya telah dicuri pelaku yang diduga sudah sangat profesional. Di dalam kandang juga kita ketemukan muntahan daging sapi yang sudah dibumbuhi racun yang sebelumnya sempat dimakan Sheila.  Luputnya pembataian harimau oleh komplotan pencuri satwa ini sebagian karena rendahnya pengawasan di Taman Rimbo.
Perlu diingat, selain Harimau Sumatera Indonesia juga memiliki Harimau Jawa yang sudah punah sekitar tahun 1972 dan Harimau Bali yang juga telah punah sekitar tahun 1937.  Akankah nasib Harimau Sumatera juga akan tinggal nama alias punah selamanya?
Dalam upaya penyelamatan harimau sumatera, Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.

Gajah dibantai

JAKARTA: Hanya dalam 6 pekan, 200 ekor gajah di Kamerun dibantai oleh pemburu liar hanya untuk diambil gadingnya yang menjadi komoditas laris di pasar Asia.

Pemerintah setempat mengungkapkan pemburu liar yang mayoritas berasal dari Sudan dan Chad menerobos masuk ke Taman Nasional Bouba Ndjida di utara Kamerun pada musim kering dan membunuh ratusan gajah yang hidup di kawasan perlindungan itu.

"Ini adalah kejahatan transnasional yang sangat serius, mereka bersenjata modern dari Sudan dan Chad yang terus menyudutkan populasi gajah di taman nasional untuk memenuhi kebutuhan gading yang tinggi harganya di pasar internasional," kata Gambo Haman, pejabat pemerintah di Kamerun Bagian Utara.

Haman menuturkan pemburu liar itu juga dibantu masyarakat lokal yang dengan senang hati membantu membantai gajah hanya dengan imbalan daging gajah karena hewan bertubuh besar itu juga kerap merusak kebun dan tanaman warga. (Reuters/arh)
Orangutan, sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat hanya hidup di hutan tropis Indonesia dan Malaysia--khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Namun, di sejumlah wilayah di Indonesia, nasib hewan itu justru terlunta-lunta.

Ada orangutan yang dibantai, diambil daging dan kerangkanya, atau dihabisi begitu saja karena dianggap hama bagi tanaman kelapa sawit di Kalimantan Timur. Konflik hewan tersebut dengan manusia makin meruncing, khususnya di Kalimantan Timur, mereka terdesak karena habitat yang makin menyempit.

Pusat Peneliti Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman Kaltim menyebutkan, selain karena tergerus lahan kelapa sawit, populasi orangutan juga semakin berkurang karena tempat hidupnya dicaplok pertambangan batubara.

"Ada dua ancaman sekarang. Karena tempat hidup mereka dijadikan kebun kelapa sawit dan areal batubara yang semakin meluas," kata Dr. Yaya Riyadin, peneliti PPHT kepada VIVAnews.com.

Kasus pembantaian di Kutai Timur, dia menceritakan, terjadi karena tempat mencari makan orangutan itu kini menjadi areal kelapa sawit. Karena tak ada makanan, Orangutan pun menjadikan buah kelapa sawit sebagai pangan.

Di sisi pengusaha, aksi orangutan memang merugikan. Dari pengamatan PPHT, satu orangutan bisa merusak 30-50 kelapa sawit yang berumur di bawah 1 tahun. Merusak di sini dalam artian menjadikan kelapa sawit itu sebagai makanan.

Namun bukan tanpa alasan orangutan menyantap kelapa sawit. "Karena adanya konversi kawasan habitat orangutan menjadi kelapa sawit. Pengalihan lahan itu dilakukan tanpa perencanaan matang dan tak memikirkan habitat yang sebelumnya berada di lokasi tersebut," tuturnya. "Kelapa sawit, bagi orangutan hanya panganan alternatif."

Khusus di Kaltim, ujar Yaya, ada wilayah yang diduga kuat terjadi pembantaian orangutan dalam jumlah masal. Sebelumnya telah diketahui ada PT. KAM yang melakukan pembantaian orangutan di Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Lalu, ada juga di Muara Wahau. Namun, untuk yang ini, PPHT perlu melakukan verifikasi lagi.

Sementara, yang teranyar adalah di Muara Ancalong, Kutai Timur. Di sini, ada PT. CPS yang berada di balik pembantaian. "Dari polisi kabarnya sudah ada 5 orang yang ditahan terkait temuan tulang orangutan yang kami rilis kemarin," ungkap Yaya.

PPHT, kata Yaya, belum memiliki data secara pasti berapa populasi orangutan di Muara Ancalong atau Kutai Timur. Sampai hari ini, PPHT masih berpegang pada data landscape populasi orangutan Kutai. Dari data lanskap Kutai itu, PPHT mengklaim bahwa terdapat sekitar 2.500 sampai 3.000 ekor orangutan. Mereka tersebar mulai dari Taman Nasional Kutai (TNK), Surya Hutani jaya, Hutan Lindung Bontang, SHJ dan Konservasi Birawa serta Cagar Alam Muara Kaman Sedulang. "Penyebaran terbanyak ada di Taman Nasional Kutai," katanya.

Pembantaian orangutan ini menjadi masalah serius yang mesti segera dicari solusi. Sejauh ini, Yaya sangat menyayangkan sikap lamban dari pemerintah. Bukan hanya lamban dalam bergerak, pemerintah juga terkesan tak punya sikap dalam menghadapi masalah ini. Tak ada solusi yang ditawarkan untuk menangani konflik antara lahan kelapa sawit dengan orangutan.

Seharusnya, pemerintah memikirkan cara, apa strategi untuk memecahkan konflik orangutan dan kelapa sawit, atau setidaknya bisa dikurangi. "Sampai sekarang belum ada tindakan konkrit. Padahal semakin hari, habitat mereka terus terancam," katanya, tegas.

Selain mencari solusi, penanganan oleh polisi juga perlu dikawal. Agar penegakan hukum bisa berjalan terus dan tuntas. Upaya konservasi Insitu (mengkonservasi orangutan di wilayah konsesi) dan konservasi Eksitu (mengkonservasi di luar wilayah konsesi) melalu relokasi perlu dipikirkan. "Ini masalah serius, penanganannya juga harus serius," ucapnya.

Perlakuan buruk terhadap orangutan di Indonesia menjadi
perhatian dunia. Setidaknya sudah ada 750 ekor Pongo pygmaeus dibantai oleh warga dalam waktu yang lama. (Laporan: Ikram, Kutai Kartanegara | kd

Sumber daya alam

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya.Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini.Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.

Daya lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatanya harus dijaga agar terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :
Daya dukung lingkungan
  1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
  2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
  3. Mengembangkan metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat didaur ulang.
  4. Melaksanakan etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam

Daftar hewan langka di Indonesia

Hewan Paling Langka di Indonesia. Daftar berikut berisikan 71 hewan yang paling langka di Indonesia. Pemilihannya didasarkan pada status konservasi UICN Redlist dimana ke-71 hewan ini berstatuskan Critically Endangered, status keterancaman tertinggi.

1.    Adrianichthys kruyti (Duck-billed Buntingi). Ikan endemik danau Poso, Sulawesi.
2.    Ailurops melanotis (Talaud Bear Cuscus; Kuskus Beruang Talaud). Hewan langka ini endemik pulau Salibabu (Kepulauan Talaud) dan Sangihe di Sulawesi Utara. Penjelasan lebih lengkap baca: Kuskus Beruang.
3.    Anoxypristis cuspidata (Knifetooth Sawfish; Ikan Hiu Todak).
4.    Axis kuhlii (Bawean Deer; Rusa Bawean). Hewan langka dan endemik pulau Bawean, Jawa Timur dengan populasi antara 250-300 ekor (2006). Gambar dan keterangan selengkapnya baca Rusa Bawean.
5.    Balaenoptera musculus ssp. intermedia (Antarctic Blue Whale; Paus Biru)
6.    Batagur baska (Four-toed Terrapin; Tuntong). Spesies kura-kura yang tersebar di Bangladesh, Kambodia, India, Malaysia, dan Indonesia (Sumatera). Selengkapnya baca: Reptil Langka Indonesia.
7.    Batagur borneoensis (Three-striped Batagur; Tuntong Laut). Spesies kura-kura langka yang tersebar di Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
8.    Betta miniopinna. Ikan air tawar endemik Indonesia dari famili Osphronemidae.
9.    Betta spilotogena. Ikan air tawar endemik Indonesia dari famili Osphronemidae.
10. Bunomys coelestis (Lampobatang Bunomys; Tikus Bukit Surgawi). Endemik Sulawesi. Baca: Tikus-tikus Langka Indonesia.
11. Cacatua sulphurea (Yellow-crested Cockatoo; Kakatua Kecil Jambul Kuning). Populasi sekitar 7.000 ekor. Selengkapnya baca: Kakatua Kecil Jambul Kuning.
12. Carcharhinus hemiodon (Pondicherry Shark; Hiu Pondicherry).
13. Carpococcyx viridis (Sumatran Ground-cuckoo; Tokhtor Sumatera).
14. Charmosyna toxopei (Blue-fronted Lorikeet; Perkici Buru). Burung parrot langka endemik pulau Buru, Maluku. Gambar dan penjelasan lengkap baca: Burung Perkici Buru.
15. Chelodina mccordi (Roti Island Snake-necked Turtle; Kura-kura Rote). Baca: Kura-kura Leher Ular.
16. Chilatherina sentaniensis (Sentani Rainbowfish). Ikan air tawar endemik Papua.
17. Colluricincla sanghirensis (Sangihe Shrike-thrush; Anis Betet Sangihe). Burung endemik Sangihe
1.       Columba argentina (Silvery Wood-Pigeon; Merpati Hutan Perak).
2.      Corvus unicolor (Banggai Crow; Gagak Banggai). Burung langka endemik Sulawesi. Gambar dan keterangan lainnya, baca: Gagak Banggai.
3.      Crocodylus siamensis (Siamese Crocodile; Buaya Siam). Baca: Buaya Siam.
4.      Cyornis ruckii (Rueck’s Blue-Flycatcher; Burung Sikatan Aceh)
5.      Dendrolagus mayri (Wondiwoi Tree-kangaroo; Kanguru Pohon Wondiwoi). Gambar dan penjelasan lengkap hewan langka ini baca: Kanguru Pohon Wondiwoi.
6.      Dermochelys coriacea (Leatherback; Penyu Belimbing)
7.      Dicerorhinus sumatrensis (Sumatran Rhinoceros; Badak Sumatera). Populasi sekitar 200 ekor.
8.     Duttaphrynus sumatranus (Suamtera Toad; Kodok Sumatera)
9.      Elephas maximus ssp. sumatranus (Sumatran Elephant; Gajah Sumatera)
10.  Encheloclarias kelioides (sejenis catfish)
11.   Eretmochelys imbricata (Hawksbill Turtle; Penyu Sisik)
12.  Eutrichomyias rowleyi (Cerulean Paradise-Flycatcher; Burung Seriwang Sangihe)
13.  Fregata andrewsi (Christmas Island Frigatebird; Burung Cikalang Christmas)
14.  Latimeria chalumnae (Coelacanth; Ikan Raja Laut)
15.   Leptophryne cruentata (Bleeding Toad; Katak Api)
16.  Leucocephalon yuwonoi (Sulawesi Forest Turtle; Kura-kura Hutan Sulawesi. Populasi sekitar 250 ekor.
17.   Leucopsar rothschildi (Bali Starling; Jalak Bali)
18.  Macaca nigra (Celebes Crested Macaque; Beruk Hitam Sulawesi). Populasi sekitar 100.000 ekor (1998).
19.  Macaca pagensis (Pagai Island Macaque; Beruk Mentawai). Populasi 2.100-3.700 ekor (2004).
20. Melomys fraterculus (Manusela Melomys; Tikus Seram)
21.  Millepora boschmai (Fire Coral; Karang Api)
22. Monarcha boanensis (Black-chinned Monarch; Burung Kehicap Boano)
23. Nisaetus floris (Flores Hawk-Eagle; Elang Flores). Populasi 250 ekor (IUCN, 2005)
24. Otus siaoensis (Siau Scops-owl; Burung Celepuk Siau)
25.  Pandaka pygmaea (Dwarf Pygmy Goby)
26. Panthera tigris ssp. sumatrae (Sumatran Tiger; Harimau Sumatera)
27.  Philautus jacobsoni (Kodok Pohon Ungaran)
28. Pongo abelii (Sumatran Orangutan; Orangutan Sumatera). Populasi 6.500 ekor (2007).
29. Presbytis chrysomelas ssp. cruciger (Tricolored Langur: Surili)
30. Pristis microdon (Largetooth Sawfish; Hiu Gergaji Air Tawar)
31.  Pristis zijsron (Narrowsnout Sawfish; Ikan Todak Sisir Panjang)
32. Protosticta gracilis (sejenis capung)
33. Protosticta rozendalorum (sejenis capung)
34. Pseudibis davisoni (White-shouldered Ibis; Burung Ibis Karau)
35.  Pteropus aruensis (Aru Flying Fox; Kalong Pulau Aru)
36. Rhinoceros sondaicus (Javan Rhinoceros; Badak Jawa). Populasi 35-50 ekor.
37.  Simias concolor (Pig-tailed Langur; Simpei Ekor Babi; Simakobu). Populasi 6.700 – 17.300 ekor (IUCN, 2006)
38. Spilocuscus rufoniger (Black-spotted Cuscus; Kuskus Tutul Hitam)
39. Spilocuscus wilsoni (Blue-eyed Spotted Cuscus; Kuskus Tutul Biak)
40. Sterna bernsteini (Chinese Crested Tern; Burung Camar China Berjambul)
41.  Sturnus melanopterus (Black-winged Starling; Jalak Putih). Populasi antara 1.000 – 2.499 ekor (BirdLife, 2001).
42. Tarsius tumpara (Siau Island Tarsier; Tarsius Siau). Populasi 1.300 ekor (2009).
43. Thunnus maccoyii (Southern Bluefin Tuna; Tuna Tatihu)
44. Tylomelania kruimeli (Ikan endemik danau Mahalona, Sulawesi)
45.  Urolophus javanicus (Java Stingaree; sejenis ikan Pari)
46. Uromys boeadii (Biak Giant Rat; Tikus Besar Biak)
47.  Uromys emmae (Emma’s Giant Rat; Tikus Besar Pulau Owi)
48. Vanellus macropterus (Javan Lapwing; Burung Trulek Jawa)
49. Weberogobius amadi (Poso Bungu; Ikan Gobi Poso)
50. Xenopoecilus poptae (Popta’s Buntingi). Ikan endemik danau Poso, Sulawesi
51.   Zaglossus attenboroughi (Sir David’s Long-beaked Echidna; Ekidna Mocong Panjang Sir Davis). Baca: Ekidna.
52.  Zaglossus bartoni (Eastern Long-beaked Echidna; Ekidna Moncong Panjang Timur)
53.  Zaglossus bruijnii (Western Long-beaked Echidna; Ekidna Moncong Panjang Barat)
54.  Zosterops nehrkorni (Sangihe White-eye; Burung Kacamata Sangihe)
Selain ke-71 hewan paling langka (berstatus Critically Endangered), masih terdapat 100 spesies hewan langka lainnya dengan status Endangered (satu tingkat di bawah Critically Endangered). Di antara hewan-hewan langka yang berstatus endangered itu adalah; Banteng Jawa (Bos javanicus), Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis), Anoa Pegunungan (B. quarlesi), Bebek Rimba (Cairina scutulata), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Ajag (Cuon alpinus), Musang Air (Cynogale bennettii), Maleo (Macrocephalon maleo) dll