nothing

Senin, 02 April 2012

Pencurian Hewan Liar Makin Marak

JAKARTA, SENIN-Pencurian satwa liar dan tubuh-tumbuhan langka yang hidup di hutan-hutan Indonesia semakin marak. Hewan-hewan dan tumbuhan langka tersebut kemudian dijual keluar negeri. Pelakunya diduga kelompok terorganisir yang menggunakan teknologi tinggi.
"Kita selama ini mengalami kesulitan untuk melacak dan mengawasi pencurian ini. Kejahatan ini terorganisir dan menggunakan teknologi tinggi. Jadi kita tidak tahu sudah berapa ribu heman liar dan tanaman langka yang sudah dicuri, " ungkap Wadir Tindak Pidana Tertentu (Tipiter Bareskrim Mabes Polri Kombes Sadar Sebayang,
Senin (18/2).
Menurut keterangan Sebayang, jenis hewan yang dicuri itu beraneka ragam, mulai dari ular, trenggiling, penyu, orang hutan, sampai udang. Pengirimannya pun juga berbagai macam negara. "Seperti ular, rata-rata diselundupkan ke Hong Kong. Kebutuhan pesanan dari Hong Kong cukup tinggi. Lain lagi dengan penyu," kata Sebayang.
Hewan-hewan liar tersebut biasanya diselundupkan bersama pengiriman barang-barang resmi. Manivesnya bisa berupa ekspor kayu atau barang yang lain. "Hewan-hewan itu sebelum di packing dan dikirim bersama kiriman barang lain, seperti kayu misalnya, dibius terlebih dahulu. Biusnya bisa bertahan berhari-hari. Sehingga selama dalam perjalanan tidak butuh makan dan tidak berontok. Baru setelah sampai di negara tujuan, hewan-hewan tersebut disadarkan kembali," jelas Sebayang.
Sebayang menyebut pencurian dan penyulundupan hewan-hewan liar dan tumbuhan langka dari Indonesia ini tergonisasi sangat rapi. Aparat kepolisian kesulitan mengendus operasional mereka. Sebayang juga
tidak bisa memastikan apakah kelompok ini langsung melakukan penangkapan langsung ke hutan-hutan atau menampung dari masyarakat.
Tujuannya pencurian sendiri juga macam-macam, ada yang tujuannya semata-mata hanya untuk mendapatkan uang. "Kalau sindikatnya jelas, untuk mendapatkan uang. Tapi bagi pemesannya, kepentingannya macam-macam, mulai dikonsumsi sampai untuk tujuan penelitian. Ada satu jenis udang langka yang dipesan khusus dari Indonesia,
tujuannya untuk penelitian dan dikembangkan di sana. Tapi sayang jalurnya lewat penyelundupan," ungkap Sebayang.
Sampai sejauh ini Mabes Polri masih mengalami kegamangan untuk mengusut dan memberantas pencurian hewan liar dan tanaman langkah ini. Alasannya, tidak cukup memiliki penyidik yang berpengalaman menangani kasus-kasus semacam ini. "Untuk itu, minggu depan kami akan mengirim perwira-perwira senior dari berbagai untuk mengikuti pelatihan, khusus mendeteksi dan menangkap sindikat yang merampok tumbuhan langka dan satwa liar ini," jelas Sebayang. Ia tidak menyebutkan jumlah perwira Polri yang akan diikutkan pelatihan ini.
Pelatihan dirancang selama 13 hari. Materi yang akan didalami mulai dari tekni-teknik pengintaian, penyusunan profil, memeriksa tersangka, penggrebekan sampai penangkapan dan memproses hukum

sumber : kompas.com
http://nasional.kompas.com/read/2008/02/19/00054342/

THE COVE


http://www.youtube.com/watch?v=1M9xFs34K1g

Watch this! This is about the doplhins that been killed and eaten in Japan! It was a thousand of it! Watch and SEE! THE COVE
Ini merupakan salah satu contoh pembantaian harimau Sumatera. Adakah rasa belas kasihan kalian? Oleh karena itu marilah kita melihat video ini secara bersama-sama

Prakata, pertanyaan dan pembahasan

Nah kalian sudah melihat semuanya di blog ini bukan? Banyak terjadi pembantaian , seperti pembantaian orang utan,harimau sumatera, dll. Oleh karena itu kita ingin kalian untuk melestarikan lingkungan sekitar dan menjaga kebersihan. Misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan buanglah samapah pada tempatnya. Juga harus kalian ingat bahwa pembantaian itu tentu juga adalah urusan kita juga, bukan urusan goverment atau pemeritag saja. Kita bisa juga ikut turut serta dalam peran mengurangi pembantaian hewan, misalnya kita menemukan kucing atau anjing. Kita tidak boleh langsung membuangnya atau membunuhnya. Walaupun mereka hidup di jalanan dan kelaparan mereka tetaplah hewan yang perlu makanan dan belas kasihan. Oleh karena itu marilah kita galakan program #LiveWithoutViolonce

Pertanyaan dan pembahasan :

# mengapa hewan &tumbuhan langka yang dilindungi banyak diperjualbelikan ?
4 karena, hewan dan tumbuhan yang langka jumlahnya sudah semakin sedikit, sedangkan mungkin ada banyak orang yang menginginkannya sebagai koleksi, peliharaan, dll ; Sehingga diperjualbelikan karena dapat menghasilkan uang yang lebih banyak.
 - Karena dengan menjual hewan/tumbuhan tersebut saja mereka bisa mendapatkan banyak uang. Meskipun awalnya mereka miskin dengan menjual satu hewan tersebur saja (yang langka) mereka bisa mendapatkan banyak uang dan kesempatan untuk menjadi orang kaya. Satu hewan/tumbuhan yang langka bisa dihargakan sekitar hampir ratusan/puluhan juta rupiah. Misalnya dengan kita membunuh Harimau Sumatera, orang-orang tersebut bisa memanfaatkan kulit/matanya/kukunya. Kulitnya bisa dijadikan tas dan dapat dijual dengan harga ratusan juta rupiah. Sedangkan kuku/matanya bisa dijadikan cinderamata yang harganya tentu juga sangat tinggi.
-Kedua, faktor lingkungan bisa juga mempengaruhi. Misalnya di Sumatera, tentu banyak terdapat harimau Sumatera. Jika habitatnya (yaitu hutan) terus-menerus ditebang dan dibakar tentu akan mempersempit habitatnya, sehingga ia akan masuk ke lahan penduduk dan memangsa penduduk setempat karena habitatnya sendiri sudah punah dan sudah dijadiakn lahan pemukiman. Sehingga penduduk setempat merasa bahwa nyawa mereka direkrut dan terancam dan mereka tidak mempedulikan lagi bahwa apakah binatang tersebut terancam punah atau tidak, mereka tetap akan membunuh nya.
*Ini semua merupakan salah manusia, karena manusia lah yang telah merusak ekosistem kita sendiri, semakin hari dunia semakin canggih dan modern, tetapi dunia sendiri tidak mempedulikan apa yang akan terjadi jika mereka menggunakan mesin-mesin yang canggih dan apa yang berdampak bagi lingkungan sekitar,oleh karena itu marilah kita memulainya dari diri kita sendiri*

# akibatnya jika ini terus berlangsung :
4 Keseimbangan alam terganggu dan ekosistem menjadi tidak lancar karena hewan atau tumbuhan tersebut terus menerus ditangkap untuk diperjualbelikan, dan lama-lama hewan atau tumbuhan tersebut dapat punah.
- Rantai makanan akan menjadi terganggu
- menyebabkan kepunahan
-keseimbangan lingkungan akan terganggu
-Hewan-hewan tersebut mempunyai manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang belum diketahui dan juga mempunyai peran tertenyu dalam rantai makanan atau ekosistem sehingga jika punah maka pasti ada yang mengganggu keseimbangan ekosistem

# upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hewan-hewan dan tumbuhan ter-sebut tidak diperjualbelikan sehingga tidak punah :
-Berusahalah dari diri kita sendiri
-Menjaga kelestarian lingkungan
-Tidak membakar/menebang habitat hewan dan tumbuhan dengan sembarangan
-Selalu menjaga kebersihan lingkungan
-Dan selalu menggalakan  program untuk menjaga dan melindungi hewan-hewan tersebut

.........................................................................................................................
Harimau Sumatera (Phantera tigris Sumatrae) merupakan satwa asli Indonesia yang terancam punah, hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera dan diperkirakan populasinya tinggal 450 – 500 ekor saja di habitat aslinya dan sekitar 250 ekor dipelihara di kebun-kebun binatang seluruh dunia . Selain maraknya pembukaan hutan untuk lahan perkebunan mapun penebangan liar, pemburuan oleh manusia untuk diperdagangkan kulit maupun dagingnya atau hanya sekedar kesenangan belaka(!) turut mempercepat kepunahan dari satwa langka tersebut

Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap antara semua sub-spesies harimau. Jalur hitamnya lebar dan dekat-dekat dan kadang kala berganda. Harimau Sumatera berbeda dengan harimau Siberian oleh kaki hadapan yang berbelang. Harimau Sumatera merupakan harimau terkecil dalam sub-spesies harimau. Harimau Sumatera jantan mempunyai panjang rata-rata 2.4 meter (8 kaki) dari kepala hingga ke hujung ekor dengan berat rata-rata 120 kilogram  dengan tinggi 90 sentimeter. Harimau Sumatera betina berukuran 2.2 meter (7 kaki) panjang dengan berat 90  kg.
Mungkin karena sudah sangat sulit menemukan satwa langka tersebut di habitat aslinya di hutan tanah rendah, hutan bergunung dan separuh bergunung, dan di hutan paya gambut di kepulauan Sumatera, maka entah mendapat ide busuk dari mana sekumpulan manusia tamak dan tidak perduli dengan kenyataan bahwa Harimau Sumatera sudah sangat langka justru membantai harimau yang hidup di Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi dengan sadis.
Tubuh raja hutan ini ditemukan tercincang dengan bagian kepala termasuk gigi, kulit, serta tulangnya telah raib di kandangnya.  Harimau berusia 20 tahun bernama Sheila ini diduga mati karena diracun. Harimau jenis betina ini dibunuh dan bagian tubuhnya dicuri  pelaku yang diduga lebih dari satu orang dan mempunyai jaringan luas untuk menjualbelikan kulit harimau tersebut.
Yang tinggal di kandang Sheila hanyalah isi perut saja, sementara lainnya telah dicuri pelaku yang diduga sudah sangat profesional. Di dalam kandang juga kita ketemukan muntahan daging sapi yang sudah dibumbuhi racun yang sebelumnya sempat dimakan Sheila.  Luputnya pembataian harimau oleh komplotan pencuri satwa ini sebagian karena rendahnya pengawasan di Taman Rimbo.
Perlu diingat, selain Harimau Sumatera Indonesia juga memiliki Harimau Jawa yang sudah punah sekitar tahun 1972 dan Harimau Bali yang juga telah punah sekitar tahun 1937.  Akankah nasib Harimau Sumatera juga akan tinggal nama alias punah selamanya?
Dalam upaya penyelamatan harimau sumatera, Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.

Gajah dibantai

JAKARTA: Hanya dalam 6 pekan, 200 ekor gajah di Kamerun dibantai oleh pemburu liar hanya untuk diambil gadingnya yang menjadi komoditas laris di pasar Asia.

Pemerintah setempat mengungkapkan pemburu liar yang mayoritas berasal dari Sudan dan Chad menerobos masuk ke Taman Nasional Bouba Ndjida di utara Kamerun pada musim kering dan membunuh ratusan gajah yang hidup di kawasan perlindungan itu.

"Ini adalah kejahatan transnasional yang sangat serius, mereka bersenjata modern dari Sudan dan Chad yang terus menyudutkan populasi gajah di taman nasional untuk memenuhi kebutuhan gading yang tinggi harganya di pasar internasional," kata Gambo Haman, pejabat pemerintah di Kamerun Bagian Utara.

Haman menuturkan pemburu liar itu juga dibantu masyarakat lokal yang dengan senang hati membantu membantai gajah hanya dengan imbalan daging gajah karena hewan bertubuh besar itu juga kerap merusak kebun dan tanaman warga. (Reuters/arh)
Orangutan, sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat hanya hidup di hutan tropis Indonesia dan Malaysia--khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Namun, di sejumlah wilayah di Indonesia, nasib hewan itu justru terlunta-lunta.

Ada orangutan yang dibantai, diambil daging dan kerangkanya, atau dihabisi begitu saja karena dianggap hama bagi tanaman kelapa sawit di Kalimantan Timur. Konflik hewan tersebut dengan manusia makin meruncing, khususnya di Kalimantan Timur, mereka terdesak karena habitat yang makin menyempit.

Pusat Peneliti Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman Kaltim menyebutkan, selain karena tergerus lahan kelapa sawit, populasi orangutan juga semakin berkurang karena tempat hidupnya dicaplok pertambangan batubara.

"Ada dua ancaman sekarang. Karena tempat hidup mereka dijadikan kebun kelapa sawit dan areal batubara yang semakin meluas," kata Dr. Yaya Riyadin, peneliti PPHT kepada VIVAnews.com.

Kasus pembantaian di Kutai Timur, dia menceritakan, terjadi karena tempat mencari makan orangutan itu kini menjadi areal kelapa sawit. Karena tak ada makanan, Orangutan pun menjadikan buah kelapa sawit sebagai pangan.

Di sisi pengusaha, aksi orangutan memang merugikan. Dari pengamatan PPHT, satu orangutan bisa merusak 30-50 kelapa sawit yang berumur di bawah 1 tahun. Merusak di sini dalam artian menjadikan kelapa sawit itu sebagai makanan.

Namun bukan tanpa alasan orangutan menyantap kelapa sawit. "Karena adanya konversi kawasan habitat orangutan menjadi kelapa sawit. Pengalihan lahan itu dilakukan tanpa perencanaan matang dan tak memikirkan habitat yang sebelumnya berada di lokasi tersebut," tuturnya. "Kelapa sawit, bagi orangutan hanya panganan alternatif."

Khusus di Kaltim, ujar Yaya, ada wilayah yang diduga kuat terjadi pembantaian orangutan dalam jumlah masal. Sebelumnya telah diketahui ada PT. KAM yang melakukan pembantaian orangutan di Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Lalu, ada juga di Muara Wahau. Namun, untuk yang ini, PPHT perlu melakukan verifikasi lagi.

Sementara, yang teranyar adalah di Muara Ancalong, Kutai Timur. Di sini, ada PT. CPS yang berada di balik pembantaian. "Dari polisi kabarnya sudah ada 5 orang yang ditahan terkait temuan tulang orangutan yang kami rilis kemarin," ungkap Yaya.

PPHT, kata Yaya, belum memiliki data secara pasti berapa populasi orangutan di Muara Ancalong atau Kutai Timur. Sampai hari ini, PPHT masih berpegang pada data landscape populasi orangutan Kutai. Dari data lanskap Kutai itu, PPHT mengklaim bahwa terdapat sekitar 2.500 sampai 3.000 ekor orangutan. Mereka tersebar mulai dari Taman Nasional Kutai (TNK), Surya Hutani jaya, Hutan Lindung Bontang, SHJ dan Konservasi Birawa serta Cagar Alam Muara Kaman Sedulang. "Penyebaran terbanyak ada di Taman Nasional Kutai," katanya.

Pembantaian orangutan ini menjadi masalah serius yang mesti segera dicari solusi. Sejauh ini, Yaya sangat menyayangkan sikap lamban dari pemerintah. Bukan hanya lamban dalam bergerak, pemerintah juga terkesan tak punya sikap dalam menghadapi masalah ini. Tak ada solusi yang ditawarkan untuk menangani konflik antara lahan kelapa sawit dengan orangutan.

Seharusnya, pemerintah memikirkan cara, apa strategi untuk memecahkan konflik orangutan dan kelapa sawit, atau setidaknya bisa dikurangi. "Sampai sekarang belum ada tindakan konkrit. Padahal semakin hari, habitat mereka terus terancam," katanya, tegas.

Selain mencari solusi, penanganan oleh polisi juga perlu dikawal. Agar penegakan hukum bisa berjalan terus dan tuntas. Upaya konservasi Insitu (mengkonservasi orangutan di wilayah konsesi) dan konservasi Eksitu (mengkonservasi di luar wilayah konsesi) melalu relokasi perlu dipikirkan. "Ini masalah serius, penanganannya juga harus serius," ucapnya.

Perlakuan buruk terhadap orangutan di Indonesia menjadi
perhatian dunia. Setidaknya sudah ada 750 ekor Pongo pygmaeus dibantai oleh warga dalam waktu yang lama. (Laporan: Ikram, Kutai Kartanegara | kd